Assalamu'alaikum Selamat Datang di Blognya Mas Jex

Kamis, 28 Maret 2013


HADITS TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan. Sebab, tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan, tanpa arah, bahkan bisa sesat atau salah langkah. Oleh karena itu perumusan tujuan dengan tegas dan jelas, menjadi inti dari seluruh pemikiran pedagogis dan perenungan filosofi.
Dikatakan lebih lanjut bahwa tujuan pendidikan itu penting, disebabkan karena secara implicit dan eksplisit di dalamnya terkandung hal-hal yang sangat asasi, yaitu pandangan hidup dan filsafat hidup pendidikannya, lembaga penyelenggara pendidikan dan Negara.
Sedangkan pendapat para ulama tentang tujuan pendidikan Islam, diantaranya ialah: al-Ghazali, sebagai berikut:
1.      Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah
2.      Menggali dan mengembangkan potensi dan fitrah manusia
3.      Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya

B. Tujuan
            Agar kita dapat menganalisis isi hadist dan menerapkannya dalam prosrs
belajar dan mengajar.
C. Rumusan Masalah
1.      Tujuan Pendidikan
2.      Hadits tentang Tujuan Pendidikan Islam




BAB II
PEMBAHASAN
Hadist tujuan pendidikan
A.     Tujuan  pendidikan islam
Pen didikan islam merupakan upaya sadar terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia berkarakter  (khas) islami.antara lain :
pertama , berkepribadian islam (shaksiyah islamiah) ini sebetulnya merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim. Intinys, seorang muslim harus memiliki 2 aspek yang fundamental yaitu pola pikir aqliyah dan pola jiwa (nafsiyyah) yang berpijak pada akidah islam.
Untuk mengembangkan kepribadian islam ada tiga langkah yang harus ditempuh diantaranya:
1.         Menanamkan akidah islam kepada seseorang dengan cara yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai akida aqliyyah (akidah yangmuncul dari proses pemikiran yang mendalam).
2.         Menanamkan sikap konsisten dan istiqomah pada orang yang sudah memiliki akidah islam agar cara berpikir dan berprilakunya tetap berada di atas pondasi akidah yang di yakininya.
3.         Mengembangkan kepribadian islam yang sudah terbentuk pada seseorang  dengan senantiasa mengajaknya untuk bersungguh-sungguh mengisi pemikirannya dengan tsaqafah islamiyyah dan mengamalkan ketaatan kepada Allah SWT.

Kedua, menguasai perangkat ilmu dan pengetahuan islam. Islam telah mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu. Berdasarkan takaran kewajibannya, menurut al-Ghazali ilmu dibagi 2 katagori yaitu:
1.         Ilmu yang termasuk fardhu ‘ain artinya wajib di pelajari setiap muslim .
2.         Ilmu yang di kategorikan fardhu kifayah (kewajiban kolektif)
Ketiga, menguasai ilmu kehidupan (ilmu pengetahuan,teknologi dan seni). Menguasai iptek diperlukan agar umat islam mampu mencapai kemajuan material sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah allah di muka bumi dengan baik.
Keempat,memiliki keterampilan yang memadai . penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihanketerampilan dan keahlian merupakan salah satu tujuan pendidikan islam, yang harus dimiliki umat islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah allah. Sebagaimana penguasaan ipteks, islam juga menjadikan penguasaan keterampilan sebagai fardhu khifayah, yaitu keterampilan tersebut sangat dibutuhkan umat , seperti rekayasa industri, penerbangan, pertukangan dan lainnya.
B.     Pendidikan islam adalah pendidikan terpadu
Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan ,harus dibuat sebuah sistem pendidikan yang terpadu. Artinya , pendidikan tidak hanya terkosentrasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yanga ada harus memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul.
 Dalam hal ini, ada 3 yang harus di perhatikan yaitu:
1.      Sinergi antara sekolah , masyarakat dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan 3 unsur di atas menggambarkan kondisi faktual ,obyektif pendidikan, namun saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis , disamping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi sacara benar
2.      Kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga perguruan tinggi
3.      Berorientasi pada pembentukan tsaqafah islam, kepribadian islam dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan .


C.     Hadits tentang Tujuan Pendidikan Islam
          ﺤﺪﱠﺛﻨﺎ ﻤﺤﻤﱠﺪ ﺒﻦ ﺒﺸﱠﺎﺭ ﺤﺪﱠﺛﻨﺎ ﺍﻟﺭﱠﺤﻤﻦ ﺒﻦ ﻤﻬﺪﻯﱢ ﺤﺪﱠﺛﻨﺎ ﺴﻔﻴﺎﻦ ﻋﻦ ﺤﺒﻴﺐ ﺒﻥ ﺃﺒﻰ ﺛﺎﺒﺖ ﻋﻦ ﻤﻴﻤﻮﻥ ﺒﻥ ﺃﺒﻰ ﺸﺒﻴﺐ ﻋﻦ ﺃﺒﻰ ﺬﺭﱠ ﻗﺎﻞ ﻗﺎﻞ ﻠﻰ ﺭﺴﻭﻞ ﷲ ﺼﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻠﻢ﴿ﺍﺗﱠﻖ ﷲ ﺤﻴﺜﻤﺎ ﻜﻨﺚ ﻮ ﺃﺜﺑﻊ ﺍﻟﺴﱠﻴﱢﺌﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﺗﻤﺤﻬﺎ ﺘﻤﺤﻤﺎﻮﺨﺎﻟﻖ ﺍﻟﻨﺎﺲ ﺒﺨﻟﻖ ﺤﺴﻦ﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮ ﻤﺬﺮ ﻮ ﺃﺒﻮ ﺪﺍﻮﺪ ﻮ ﺃﺤﻤﺪ﴾



Makna Mufradat                                                                              
 ﺍﺗﱠﻖ: Bertaqwalah                   
ﺃﺜﺑﻊ: Mengiringi
ﺍﻟﺴﱠﻴﱢﺌﺔ: Perbuatan yang jelek
ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ: Perbuatan yang baik
ﺗﻤﺤﻬﺎ: Menghapus
Terjemah
Diriwayatkan dari Abi Dzar ia berkata Rasulullah SAW. bersabda kepada ku, katanya; Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada dan ikutilah setiap perbuatan yang jelek itu dengan kabaikan niscaya itu akan dapat menghapusnya dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang mulia. (HR. Abu Dawud)

  Beberapa Definisi Pendidikan Islam menurut beberapa ahli:
Ø  Drs. Ahmad D. Marimba
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasrkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utam menurut ukuran-ukuran Islam.
Ø  Drs. Burlian Somad
Suatu pendidikan dinamakan Pendidikan Islam, jika pendidikan itu bertujuan membentuk individu menjadi bercorak diri berderajat tertinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.

Rasulullah Saw juga menegaskan bahwa setiap individu muslim baik pria maupun wanita berkewajiban mengenyam pendidikan yang layak dan baik, sebagaiman yang disabdakan oleh beliau Saw:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِم


Terjemahannya:
Dari Anas bin Malik beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda: Menuntut ilmu adalah kewjiban bagi setiap individu muslim. (H.R Ibnu Majah)[3]
Berdasarkan tinjauan di atas, maka penulis dalam makalah ini berusaha untuk mengupas secara tah}li>ly kandungan matan suatu hadis yang berhubungan dengan tujuan pendidikan yakni, Sabda Rasulullah Saw:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Terjemahannya:
Barang siapa yang meniti jalan untuk mencaari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.

Hadis yang dikaji dalam makalah ini merupakan salah satu daiantara sekian banyak hadis Rasulullah Saw. baik dalam bentuk qawliyyah, fi’liyyah, maupun taqririyyah dimana beliau Saw sebagai seorang yang ummy (buta baca tulis) memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu dan pendidikan. Beliau mengangkat derajat dan sangat memuliakan para pemilik ilmu, kemudian beliau menerapkan nilai-nilai etika yang harus dipedomani oleh orang yang berilmu. Ini menunjukkan begaimana sunnah Rasulullah Saw. telah terlebih dahulu menciptakan kaidah paling akurat dan nilai-nilai pendidikan paling agung, yang kebanyakan manusia –bahkan dari alangan kaum muslimin sendiri- beranggapan bahwa nilai-nilai pendidikan itu adalah hasil ciptaan alam modern -yang dalam istilah Nashr Hamid Abu Zaid "intaj al-tsaqafy"- yang tidak diketahui kecuali oleh Barat.[21]
Pada hadis tersebut terkandung anjuran dan pahala yang sangat besar bagi mereka yang meniti jalan untuk mencari ilmu melalui berbagai media pendidikan, bahkan Rasulullah Saw memberikan garansi kemudahan mencapai surga bagi mereka yang meniti jalan untuk mencari ilmu.
Perintah meniti jalan-jalan pendidikan untuk mendapat ilmu juga disinggung oleh al-Qur’an salah satunya adalah firman Allah Swt:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Terjemahnnya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[22]
Pada ayat di atas Allah Swt memberikan penjelasan secara eksplisit tentang tujuan pendidikan Islam yakni agar dapat mengajarkan kepada kelompok masyarakat tempat mereka hidup dan bersosialisasi, nilai tujuan tersebut agar masyarakat dapat menjaga diri mereka baik secara individual maupun kelompok.
Tujuan pendidikan secara filosofis berdasarkan pehaman dari ayat di atas maupun hadis Rasulullah Saw yang sedang dikaji memberikan penjelaskan bahwa manusia sejatinya adalah makhluk yang disempurnakan dengan akal oleh Allah Swt yang merupakan potensi dasar manusia, dengan potensi dasar tersebut manusia diharuskkan untuk menuntut ilmu melalui proses pendidikan. Oleh karena itu tujuan meninti jalan ilmu pada hakikatnya adalah agar manusia dapat lebih mengenal dirinya dalam artian memanusiakan manusia, agar ia benar-benar mampu menjadi khalifah di muka bumi.
Nilai penting lainnya dari memahami hadis di atas adalah bahwa dalam meniti jalan menuntut ilmu terdapat proses pendewasaan jasmani dan rohani, yakni bahwa selain tujuan filosofis terdapat pula tujuan insidental yaitu meningkatkan kecerdasan motorik, emosional, intelektual dan spiritual, sebab dalam meniti jalan menuntut ilmu dibutuhkan ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan-kesulitan dalam belajar, Sebab kesuksesan seorang penuntut ilmu terletak dalam kesabarannya menghadapi berbagai bentuk kesulitan, kesusahan, dan keletihan dalam mengarungi proses pendidikan. Seluruh bentuk kesulitan yang dihadapi  oleh penuntut ilmu merupakan proses pendewasaan jasmani dan rohani. Dalam al-Qur'an Allah Swt mengisahkan tentang perjalanan Nabi Musa –‘alaihi al-salam- bersama dengan pembantunya untuk mendapatkan ilmu dari Nabi Khidhr –‘alaihi al-salam- sebagaimana yang Allah firmankan:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا
Terjemahannya:
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau Aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
Pada ayat di atas menjelaskan betapa seorang Nabi Allah Swt Musa –‘alihi al-salam- yang bergelar kalim al-rahman (teman dialog bagi Allah Swt) terus berusaha meniti jalan dengan kesabaran menuju ilmu hingga sampai ke tempat penididikan –pertemuan dua buah lautan – dimana beliau akan mendapatkan proses pendidikan lanjutan dari Allah Swt. melalui gurunya yang bernama Khidhr –‘alaihi al-salam-.
Adapun tentang gambaran dimudahkannya seorang peniti jalan dalam menuntut ilmu menuju ke surga, al-Nawawy menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan hal itu adalah hendaknya seseorang menyibukkan dirinya menuntut ilmu-ilmu yang disyari’atkan (al-‘ulum al-syar’iyyah) dengan syarat dia menuntut ilmu hanya mengharap rida Allah Swt, para ulama mempersyaratkan adanya niat yang ikhlas karena Allah Swt dalam menempuh proses pendidikan yang melelahkan sebab mayortitas manusia meremehkan keikhlasan dalam belajar utamanya para pemula.[27] Sebab kemudahan meniti jalan ke surga bagi para peniti jalan menuntut ilmu diukur berdasarkan kadar keihlasannya dalam menjalani proses pendidikan yang melelahkan tersebut.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa makna dari kata thariqan dan ‘ilman dalam hadis tersebut adalah bahwa setiap manusia hendaknya memanfaatkan seluruh media pendidikan yang dapat membantu untuk mendapatkan ilmu utamanya ilmu agama secara bertahap dan berkesinambungan dengan tetap mengedepankan keikhlasan dan kesabaran dalam meniti proses pendidikan baik formal maupun non-formal, dan kemudahan meniti jalan menuju surga dapat dipahami bahwa ilmu dapat membantu memberika kemudahan dalam mengamalkan amal-amal saleh yang dapat dengan mudah pula menghantarkan menuju surga Allah Swt.

D.    Isi Pendidikan Islam
Untuk membentuk Abdi Allah yang muttaqien dan cakap, maka perlu ada materi yang diberikan kepada anak didik, dengan menyesuaikan kondisi dan situasi. Sumber materi yang pokok adalah isi Al-Qur’an dan Al-Hadits yang mencakup urusan duniawi maupun ukhrowi.
Isi pendidkan yang akan dihadapkan kepada anak didik itu direncanakan dengan matang, diatur dengan seksama serasi dengan setiap unsur yang hendak ditumbuhkan dan diperkembangkan pada diri anak didik.
Dalam Islam, isi pokok ajarannya dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Ajaran tentang keimanan/aqidah
b.      Ajaran tentang keIslaman/syari’at
c.       Ajaran tentang keihsanan/akhlak
E.       Fungsi Tujuan
A.D. Marimba menyatakan, fungsi tujuan adalah Pertama, sebagai standar mengakhiri usaha; Kedua, mengarahkan usaha; Ketiga, merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, di samping itu juga dapat membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dalam segi lainnya fungsi tujuan juga memperngaruhi dinamika dari usaha itu, keempat member niali (sifat) pada usaha-usaha itu.
Pendidikan adalah usaha yang bertujuan banyak dalam urutan satu garis (linier). Sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan sementara. Marimba menyatakan bahwa fungsi tujuan akhir ialah memelihara arah usaha itu dan mengakhiri setelah tujuan itu tercapai. Sedangkan fungsi sementara ialah membantu memelihara arah usaha dan menjadi titik berpijak untuk mencapai tujuan-tujuan lebih lanjut dan tujuan akhir.
Oleh karena itu, untuk memenuhi fungsi-fungsi tersebut, tujuan pendidikan harus dirumuskan atas dasar nilai-nilai ideal yang diyakini, kelak akan dapat mengangkat harkat dan martabat manusia, yaitu nilai ideal yang menjadi kerangka piker dan bertindak bagi seseorang.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tujuan memiliki nilai yang sangat penting di dalam pengajaran. Bahkan barangkali dapat dikatakan bahwa tujuan merupakan factor yang terpenting dalam kegiatan dan proses belajar mengajar.
Masalah dasar dan tujuan pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik itu dibawa.
Demikian pula masing-masing orang mempunyai bermacam-macam tujuan pendidikan, yaitu melihat kepada cita-cita, kebutuhan dan keinginannya. Ada yang mengharapkan supaya anaknya kelak menjadi orang besar yang berjasa kepada nusa dan bangsa serta agama. Ada yang mengingkan supaya anaknya menjadi dokter, insinyur atau seorang ahli seni.  Dan ada pula yang mengharapkan supaya anaknya menjai ulama besar, penglima perang dan lain-lainnya.


B. Kritik dan Saran
Demikianlah hasil makalah kami, jika ada kesalahan dalam penulisan atau pemberian informasi mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Rineka Cipta, Jakarta, September 2001.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, Agustus, 2010
Alfiah dan Zalyana AU, Hadist Tarbawi , Zanafah Publishing , Pekanbaru,Maret 2011















Suka Dengan Artikel Ini ?

0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar

Posting Komentar