SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA PADA ZAMAN BELANDA DAN JEPANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini,dan shalawat serta salam juga kami hadiah kan kepada Nabi Muhammad SAW.Dalam makalah kami menyajikan bagaiamana bentuk pemerintahan pada zaman Belanda dan Jepang.
Kami berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca,dan kami juga menyadari bahwa dalam makalah kami ini juga terdapat banyak kesalahan,kami berharap para pembaca dapat menyempurnakan makalah kami ini,semoga dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing karena telah mempercayakan kepada kami untuk membuat makalah mengenai islam pada zaman Belanda dan Jepang,kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan saran-saran perbaikan sehingga makalah ini terwujud lebih baik.
Pekanbaru, 17 Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Meneliti sejarah bangsa Indonesia
tidak akan lepas dari umat islam, baik dari perjuangan melawan penjajah maupun
dalam lapangana pendidikan. Melihat kenyataan betapa bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam mencapai keberhasilan dengan berjuang secara tulus
ikhlas mengabdikan diri untuk kepentingan agamanya disamping mengadakan
perlawananmiliter.
Perlu diketahui bahwa sejarah pendidikan islam di Indonesia
mencakup fakta-fakta atau kejadian–kejadian yang berhubungan dengan pertumbuhan
dan perkembangan pendidikan islam di Indonesia, baik formal maupun non formal.
Yang dikaji melalui pendekatan metode oleh sebab itu pada setiap disiplin ilmu
jelas membutuhkan pendekatan metode yang bisa memberikan motivasi dan
mengaktualisasikan serta memfungsikan semua kemampuan kejiwaan yang material,
naluriah, dengan ditunjang kemampuan jasmaniah, sehingga benar-benar akan
mendapatkan apa yang telah diharapkan.
- Rumusan
Masalah
- Bagaimana
pendidikan islam pada masa penjajahan belanda?
- Bagaimana
pendidikan islam pada masa penjajahan jepang?
BAB II
PEMBAHASAN
- Pendidikan
Islam pada masa penjajahan Belanda
a. Masa penjajahan Belanda
Penaklukan bangsa Barat atas dunia
Timur dimulai dengan jalan perdagangan,kemudian dengan kekuatan militer.Selama
zaman penjajahan Barat itu berjalanlah proses westernisasi Indonesia.Kedatangan
bangsa Barat memang telah membawa kemajuan teknologi.Tetapi tujuannya adalah
untuk meningkaatkan hasil penjajahannya,bukan untuk kemakmuran bangsa yang
dijajah.Begitu pula di bidang pendidikan.Mereka memperkenalkan sisitem dan
metode baru tetapi sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu
kepentingan mereka dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus
mendatangkan tenaga dari Barat.Apa yang mereka sebut pemabaharuan pendidikan
itu adalah westernisasi dari kristenisasi yakni untuk kepentingan Barat dan
Nasrani.Di samping itu sebagai bangsa penjajah pada umumnya mereka menganut
pikiran Machievelli yang menyatakan antara lain:
1) Agama sangat diperlukan bagi
pemerintah penjajah
2) Agama tersebut dipakai untuk
menjinakkan dan menaklukan rakyat.
3) Setiap aliran agama yang dianggap
palsu oleh pemeluk agama yang bersangkutan harus dibawa untuk memecah belah dan
agar mereka berbuat untuk mencari bantuan kepada pemerintah.
4) Janji dengan rakyat tak perlu
ditepati jika merugikan.
5) Tujuan dapat menghalalkan segala
cara.
Sejak dari zaman VOC(Belanda
Swasta)kedatangan mereka di Indonesia sudah bermotif ekonomi,politik dan agama.
Pada masa VOC, yang merupakan sebuah
kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan
tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Berbeda dengan kondisi di
negeri Belanda sendiri dimana lembaga pendidikan dikelola secara bebas oleh
organisasi-organisasi keagamaan, maka selama abad ke-17 hingga 18 M, bidang
pendidikan di Indonesia harus berada dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC.
Jadi, sekalipun penyelenggaraan pendidikan tetap dilakukan oleh kalangan agama
(gereja), tetapi mereka adalah berstatus sebagai pegawai VOC yang memperoleh
tanda kepangkatan dan gaji. Dari sini dapat dipahami, bahwa pendidikan yang ada
ketika itu bercorak keagamaan (Kristen Protestan). Secara umum sistem pendidikan
pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan
Dasar
2. Sekolah Latin
3. Seminarium Theologicum (Sekolah
Seminari)
4. Academie der Marine (Akademi
Pelayanan)
5. Sekolah Cina
6. Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim
relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah
berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC
tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
Pada akhir abad ke-18, setelah VOC
mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya diserahkan kepada
pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai
memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya. Beberapa prinsip yang oleh
pemerintah Belanda diambil sebagai dasar kebijakannya di bidang pendidikan
antara lain: (1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu;
(2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak mampu
mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan kolonial; (3)
Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial, khususnya yang ada
di Jawa.; (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas elit
masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan ekonomi
pemerintah kolonial.
Maka pada tahun 1901 muncullah apa
yang disebut dengan politik ETIS yakni politik balas budi bangsa Belanda kepada
Indonesia. Pencetus politik ini adalah Van Deventer, yang kemudian politik ini
dikenal juga dengan Trilogi Van Deventer. Secara umum isi dari politik ETIS ini
ada tiga macam yaitu, Education (pendidikan), Imigrasi (perpindahan penduduk)
dan Irigasi (pengairan). Yang akan dikupas adalah mengenai education atau
pendidikan.
Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia
pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan
sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar
Bahasa Belanda (ELS, HCS, HIS), sekolah dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS,
VgS), dan sekolah peralihan. (2) Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan
umum (MULO, HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan. (3) Pendidikan tinggi.
Dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan islam pada zaman kolonial belanda tidak mendapat rintangan.hal ini
ditandai dengan bermunculanya lembaga-lembaga pendidikan yang semuanya berjalan
dengan lancar walaupun terlihat abiturienya tidak bisa diterima oleh mereka dan
yakin kalau kesadaran dari pihak islam telah timbul untuk tidak bekerja pada
belanda yang telah menjadi perintang kemajuan bangsa. Kenyataan seperti ini
sayang msih berlaku sampai sekarang sehingga orang-orang islam kurang berperan
dalam pemerintahan. Hal ini tentu penyebabnya adalah melemahnya kekuatan
politik islam walaupun islam di indonesia mencapai jumlah yang sangat banyak
2.Pendidikan Islam pada masa
penjajahan Jepang.
Jepang
menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah Hindia Belanda dalam Perang
Dunia ke II.Mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942,dengan semboyan:Asia
Timur Raya untuk Asia dan semboyan Asia baru.
Pada
babak pertamanya pemerintah Jepang menampakkan diri seakan-akan membela
kepentingan Islam,yang merupakan suatu siasat untuk kepentingan Perang Dunia Ke
II.
Untuk mendekati umat Islam
Indonesia mereka menempuh kebijaksanaan antara lain:
1)
Kantor Urusan Agama yang pada
zaman belanda disebut:Kantor Voor islamistische Saken yang dipimpin oleh
orang-orang Orientalisten Belanda,diubah oleh Jepang menjadi Kantor Sumubi yang
dipimpin oleh ulama Islam sendiri yaitu K.H.Hasyim Asy’ari dari Jombang dan di
daerah-daerah dibentuk Sumuka.
2)
Pondok pesantren yang besar-besar
sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar jepang
3)
Sekolah negeri diberi pelajaran
budi pekerti yang isinya identik denagn ajaran agama.
4)
Disamping itu pemerintah Jepang
mengizinkan pembentukan barisan Hisbullah untuk memberikan latihan dasar
kemiliteran bagi pemuda Islam.barisan ini dipimpin oleh K.H.Zainul Arifin.
5)
Pemerintah Jepang mengizinkan
berdirinya Sekolag Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh K.H.Wahid
Hasyim,kahar Muzakir dan Bung Hatta.
6)
Para ulama Islam bekerja sama
dengan pemimpin-pemimpin nasioanalis diizinkan membentuk barisan Pembela Tanah
Air(Peta).
7)
Umat islam diizinkan meneruskan
organisasi persatuan yang disebut:Majelis Islam A’la Indonesia(MIAI)yang
bersifat kemasyarakatan
.
Maksud
dari pemerintah Jepang adalah supaya kekuatan umat Islam dan nasionalis dapat
dibina untuk kepentingan perang Asia timur Raya yang dipimpin oleh Jepang
Perang
Dunia ke II menghebat dan tekanan pihak sekutu kepada Jepang makin
berat.Beberapa tahun menjelang berakhirnya perang itu tampak semakin jelas betapa beratnya
Jepang mengahadapi musuh dari luar dan oposisi dari rakyat Indonesia
sendiri.Dari segi militer dan sosial politik di Indonesia Jepang menampakkan
diri sebagai penjajah yang sewenang-wenang dan lebih kasar daripada penjajah
Belanda.Kekayaan bumi Indonesia dikumpulkan secara paksa untuk membiayai perang
Asia Timur Raya,sehingga rakyat menderita kelaparan dan hampir telanjang karena
kekurangan pakaian.Di samping itu rakyat dikerahkan kerja keras(romusha) untuk
kepentingan perang.
Jepang
membentuk badan-badan pertahanan rakyat seperti Haihoo,Peta,Keibodan,Seinan dan
lain sebagainya,sehingga penderitaan rakyat lahir dan batin makin tak
tertahankan lagi.Maka timbullah pemberontakan-pemberontakan baik dari golongan
Peta di Blitar Kyai yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Jepang.
Dunia
pendidikan secara umum terbengkalai,karena murid-murid sekolah tiap hari hanya
disuruh gerak badan,baris barbaris,bekerja bakti(romusha),bernyanyi dan lain
sebagainya.Yang masih agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang berada dalam
lingkungan pondok pesantren yang bebas dari pengawasan langsung pemerintah
Jepang.Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat berjalan dengan agak
wajar.
Pendidikan islam zaman penjajahan
jepang dimulai pada tahun 1942-1945, sebab bukan hanya belanda saja yang
mencoba berkuasa di Indonesia. Dalam
perang pasifik (perang dunia ke II), jepang memenangkan peperangan pada tahun
1942 berhasil merebut indonesia dari kekuasaan belanda. Perpindahan kekuasaan
ini terjadi ketika kolonial belanda menyerah tanpa sayarat kepada sekutu.
Penjajahan jepang di indonesia mempunyai konsep hokko ichiu (kemakmuran bersama
asia raya) dengan semboyan asaia untuk asia Jepang mengumumkan rencana
mendirikan lingkungan kemakmuran bersama asia timur raya pada tahun 1940.
Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas delapan daerah yakni:
manchuria, daratan cina, kepuluan muangtai, malaysia, indonesia, dan asia
rusia. Lingkungan kemakmuran ini disebut dengan hakko I chi-u (delapan benang
dibawah satu atap).
Dengan konteks sejarah dunia yang
menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun
tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk
mendukung kemenangan militer dalam peperangan pasifik.
Setelah Februari 1942 menyerang
Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan akhirnya memaksa
Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian menerapkan
beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama
bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Dijadikannya Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda
2.Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya
sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil
beberapa kebijakan antara lain:
1. Mengubah Kantoor Voor
Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi
Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari.
2. Pondok pesantren sering
mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
3. Mengizinkan pembentukan
barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda
Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin.
4. Mengizinkan berdirinya
Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar
Muzakkir dan Bung Hatta.
5. Diizinkannya ulama dan
pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan
menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan
6. Diizinkannya Majelis Islam
A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan
diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua
ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU Lepas dari tujuan semula Jepang
memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika itu, nyatanya hal ini
membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya
kemerdekaan.
Kepercayaan jepang ini dimanfaatkan
juga oleh umat islam untuk bagkit memberontak melawan jepang sendiri. Pada
tanggal 8 juli 1945 berdirilah sekolah tinggi islam di Jakarta. Kalau ditinjau
dari segi pendidikan zaman jepang umat islam mempunya kesempatan yang banyak
untuk memajukan pendidikan islam, sehingga tanpa disadari oleh jepang sendiri
bahwa umat islam sudah cukup mempunyai potensi untuk maju dalam bidang
pendidikan ataupun perlawanan kepada penjajah. Sistem pendidikan pada masa
pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut: (1)
Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk
SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3
atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda. (2) Pendidikan Lanjutan.
Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3
tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3
tahun. (3) Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional
antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan
pertanian. (4) Pendidikan Tinggi.
Disini beberapa
tujauan pendidikan islam ketika zaman penjajahan antara lain:
a. azaz tujuan muhamadiyah: mewujudkan masyarakat islam
yang sebenarnya dan azaz perjuangan dakwah islamiyyah dan amar ma’ruf nahi
Munkar
b.INS(Indonesische Nadelanshe School) dipelopori oleh
Muhammad syafi’i )1899-1969) bertuan memdidik anak untuk berpikir rasional,
mendidik anak agar bekerja sungguh-sungguh, membentuk manusia yang berwatak dan
menanam persatuan.
c.Tujuan Nahdlatul Ulama’, sebelum menjadi partai politik
memgang teguh mahzab empat, disamping mejadi kemaslahatan umat islam itu
sendiri.
Kesimpulanya ialah bahwa tujuan
pendidikan islam yang pertama adalah menanamkan rasa keislaman yang benar guna
kepentingan dunia dan Akhirat, dan yang kedua membelah bangsa dan tanah air
untuk memdapatkan kemerdekaan bangsa itu sendiri ataupun kemerdekaan secara
manusiawi
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
1. pendidikan islam pada zaman
kolonial belanda tidak mendapat rintangan.hal ini ditandai dengan bermunculanya
lembaga-lembaga pendidikan yang semuanya berjalan dengan lancar walaupun
terlihat abiturienya tidak bisa diterima oleh mereka dan yakin kalau kesadaran
dari pihak islam telah timbul untuk tidak bekerja pada belanda yang telah
menjadi perintang kemajuan bangsa. Kenyataan seperti ini sayang msih berlaku
sampai sekarang sehingga orang-orang islam kurang berperan dalam pemerintahan.
Hal ini tentu penyebabnya adalah melemahnya kekuatan politik islam walaupun
islam di indonesia mencapai jumlah yang sangat banyak.
2. Pada masa jepang tujuan
pendidikan islam yang pertama adalah menanamkan rasa keislaman yang benar guna
kepentingan dunia dan Akhirat, dan yang kedua membelah bangsa dan tanah air
untuk memdapatkan kemerdekaan bangsa itu sendiri ataupun kemerdekaan secara
manusiawi
DAFTAR PUSTAKA
dkk,zuhairini.1994.departemen agama:Bumi Aksara.
Http://www.pasar
kreasi.com/talk/detail/edutainment/43/
Suka Dengan Artikel Ini ?
Anda baru saja membaca artikel yang berjudul "
". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://masjex.blogspot.com/2013/03/sejarah-pendidikan-islam-indonesia-pada.html.
0 komentar " ", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar